BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Secara historis, teori Dependensi
lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi membangkitkan ekonomi negara-negara
terbelakang, terutama negara di bagian Amerika Latin. Secara teoritik, teori
Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara
Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di negara tersebut. Karena faktor
internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan
tetap berada dalam keterbelakangan.
Paradigma
inilah yang kemudian dibantah oleh teori Dependensi. Teori ini berpendapat
bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara-negara Dunia Ketiga
bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut, namun lebih banyak
ditentukan oleh faktor eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
beberapa hal yang menjadi rumuasan masalah dalam makalah ini, antara lain:
1. Bagaimana
sejarah perkembangan Teori Dependensi?
2. Bagaimana
asumsi-asumsi dasar Teori Dependensi?
3. Bagaimana
Teori Dependensi tersebut?
4. Bagaimana
kritik terhadap Teori Dependensi?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui bagaimana sejarah perkembangan Teori Dependensi.
2. Untuk
mengetahui bagaimana asumsi-asumsi dasar tentang Teori Dependensi.
3. Untuk
mengetahui bagaimana teori Dependensi itu.
4. Untuk
mengetahui bagaimana kritik terhadap Teori Dependensi.
BAB
I
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Perkembangan Teori
Dependensi
Secara historis, teori Dependensi
lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi membangkitkan ekonomi negara-negara
terbelakang, terutama negara di bagian Amerika Latin.[1]
Secara teoritik, teori Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan
yang terjadi di negara Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di negara
tersebut. Karena faktor internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga tidak
mampu mencapai kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan.
Paradigma inilah yang kemudian
dibantah oleh teori Dependensi. Teori ini berpendapat bahwa kemiskinan dan
keterbelakangan yang terjadi di negara-negara Dunia Ketiga bukan disebabkan
oleh faktor internal di negara tersebut, namun lebih banyak ditentukan oleh
faktor eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu. Faktor luar yang paling
menentukan keterbelakangan negara Dunia Ketiga adalah adanya campur tangan dan
dominasi negara maju pada laju pembangunan di negara Dunia Ketiga. Dengan
campur tangan tersebut, maka pembangunan di negara Dunia Ketiga tidak berjalan
dan berguna untuk menghilangkan keterbelakangan yang sedang terjadi, namun
semakin membawa kesengsaraan dan keterbelakangan. Keterbelakangan jilid dua di
negara Dunia Ketiga ini disebabkan oleh ketergantungan yang diciptakan oleh
campur tangan negara maju kepada negara Dunia Ketiga. Jika pembangunan ingin
berhasil, maka ketergantungan ini harus diputus dan biarkan negara Dunia Ketiga
melakukan roda pembangunannya secara mandiri.
Ada dua hal utama dalam masalah
pembangunan yang menjadi karakter kaum Marxis Klasik:
1. Negara
pinggiran yang pra-kapitalis adalah kelompok negara yang tidak dinamis dengan
cara produksi Asia, tidak feodal dan dinamis seperti tempat lahirnya
kapitalisme, yaitu Eropa.
2.
Negara pinggiran akan maju ketika telah disentuh oleh negara pusat yang
membawa kapitalisme ke negara pinggiran tersebut. Ibaratnya, negara pinggiran
adalah seorang putri cantik yang sedang tertidur, ia akan bangun dan
mengembangkan potensi kecantikannya setelah disentuh oleh pangeran tampan.
Pangeran itulah yang disebut dengan negara pusat dengan ketampanan yang
dimilikinya, yaitu kapitalisme. Pendapat inilah yang kemudian dibantah oleh
teori Dependensi.
Bantahan teori Dependensi atas
pendapat kaum Marxis Klasik ini juga ada dua hal.
1. Negara
pinggiran yang pra-kapitalis memiliki dinamika tersendiri yang berbeda dengan
dinamika negara kapitalis. Bila tidak mendapat sentuhan dari negara kapitalis
yang telah maju, mereka akan bergerak dengan sendirinya mencapai kemajuan yang
diinginkannya.
2. Justru
karena dominasi, sentuhan dan campur tangan negara maju terhadap negara Dunia
Ketiga, maka negara pra-kapitalis menjadi tidak pernah maju karena tergantung
kepada negara maju tersebut. Ketergantungan tersebut ada dalam format
“neo-kolonialisme” yang diterapkan oleh negara maju kepada negara Dunia Ketiga
tanpa harus menghapuskan kedaulatan negara Dunia Ketiga, (Arief
Budiman, 2000:62-63).
Disamping itu, lahirnya teori dependensi ini juga
dipengaruhi dan merupakan jawaban atas krisis teori Marxis ortodoks di Amerika
Latin. Menurut pandangan Marxis ortodoks, Amerika Latin harus mempunyai tahapan
revolusi industri “borjuis” sebelum melampaui revolusi sosialis proletar. Namun
demikian Revolusi Repuplik Rakyat Cina (RRC) tahun 1949 dan revolusi Kuba pada
akhir tahun 1950-an mengajarkan pada kaum cendikiawan, bahwa negara dunia
ketiga tidak harus mengikuti tahapan-tahapan perkembangan tersebut. Tertarik
pada model pembanguan RRC dan Kuba, banyak intelektual radikal di Amerika Latin
berpendapat, bahwa negara-negara Amerika Latin dapat saja langsung menuju dan
berada pada tahapan revolusi sosialis.
B.
Asumsi Dasar
Teori Dependensi
- Keadaan ketergantungan dilihat dari satu gejala yang sangat umum, berlaku bagi seluruh negara dunia ketiga. Teori dependensi berusaha menggambarkan watak-watak umum keadaan ketergantungan di Dunia Ketiga sepanjang perkembangan kapitalisme dari Abad ke-16 sampai sekarang
- Ketergantungan dilihat sebagai kondisi yang diakibatkan oleh “faktor luar”, sebab terpenting yang menghambat pembangunan karenanya tidak terletak pada persoalan kekurangan modal atau kekurangan tenaga dan semangat wiraswasta, melainkan terletak pada diluar jangkauan politik ekonomi dalam negeri suatu negara. Warisan sejarah kolonial dan pembagian kerja internasional yang timpang bertanggung jawab terhadap kemandekan pembangunan negara Dunia Ketiga
- Permasalahan ketergantungan lebih dilihatnya sebagai masalah ekonomi, yang terjadi akibat mengalir surplus ekonomi dari negara Dunia Ketiga ke negara maju. Ini diperburuk lagi kerena negara Dunia Ketiga mengalami kemerosotan nilai tukar perdagangan relatifnya.
- Situasi ketergantungan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses polarisasi regional ekonomi global. Disatu pihak, mengalirnya surplus ekonomi dari Dunia Ketiga menyebabkan keterbalakangannya, satu faktor yang mendorong lajunya pembangunan dinegara maju.
- Keadaan ketergantungan dilihatnya sebagai suatu hal yang mutlak bertolak belakang dengan pembangunan. Bagi teori dependensi, pembangunan di negara pinggiran mustahil terlaksana. Sekalipun sedikit perkembangan dapat saja terjadi dinegara pinggiran ketika misalnya sedang terjadi depresi ekonomi dunia atau perang dunia. Teori dependensi berkeyakinan bahwa pembangunan yang otonom dan berkelanjutan hampir dapat dikatakan tidak mungkin dalam situasi yang terus menerus terjadi pemindahan surplus ekonomi ke negara maju.
Teori
Dependensi juga lahir atas respon ilmiah terhadap pendapat kaum Marxis Klasik
tentang pembangunan yang dijalankan di negara maju dan berkembang. Aliran
neo-marxisme yang kemudian menopang keberadaan teori Dependensi ini.
C.
Teori
Dependensi (Ketergantungan)
Secara
garis besar, teori Dependensi adalah suatu keadaan dimana keoutusan-keputusan
utama yang mempengaruhi kemajuan ekonomi di Negara berkembang seperti keputusan
mengenai harga komoditi, pola investasi, hubungan moneter, dibuat oleh individu
atau institusi di luar Negara yang bersangkutan.[2]
Pada
umumnnya memberikan gambaran melalui analisis dialektesis yaitu suatu analisis
yang menganggap bahwa gejala-gejala social yang dapat diamati sehari-hari pasti
mempunyai penyebab tertentu[3].
Teori ini menjadi titik tolak penyusaian ekonomi terbelakang pada system dunia,
sedemikian rupa sehingga menyebabkan terjadinya penyerahan sumber penghasilan
daerah ke pusat, sehingga mengakibatkan perekonomian daerah menjadi
terbelakang.
Menurut
Servaes (1986), teori-tteori Dependensi dan keterbelakangan lahir sebagai hasil
“revolusi intelektual” secara umum pada pertengahan tahun 60-an sebagai
tantangan para ilmuan Amerika Latin terhadap pandangan Barat mengenai
pembangunan . meskipun paradigm Dependensi dapat dikatakan asli Amerika Latin,
namun “bapak pendiri” perspektif ini adalah Baran, yang bersama Magdoff dan
Sweezy merupakan juru bicara kelompok North
American Monthly Review.
Baran
merupakan orang pertama dalam mengemukakan bahwa pembangunan dan keterbelakangan harus dilihat sebagai suatu proses
yang: (a) saling berhubungan dan berkesinambungan (interrelated and continuous
process), dan (b) merupakan dua aspek dari satu proses yang sama, daripada
suatu keadaan eksistensi yang orisinil.
Teori-teori
mengenai ketergantungan dan keterbelakangan telah digambarkan dalam studi-studi yang
dilakukan Celso Furtado, Andre Gunder Frank, Theotonio Dos Santos,
Fernando Henrique Cardoso dan lain-lain. Pada umumnya mereka itu membahas
secara serius masalah colonial yang secara historis membekas pada pertumbuhan di
negara-negara Amerika Latin, Afrika dan Asia. Menurut mereka, kecuali dengan
suatu pengenalan yang eksplisit akan konsekuensi hubungan tersebut, maka
mustahil dapat diperoleh suatu pengertian yang akurat mengenai situsi yang
sekarang di negara-negara tersebut. Dengan kata lain bahwa keterbelakangan yang
ada sekarang ini merupakan konsekuensi masa penjajahan yang telah dialami oleh
negara-negara baru.
Proses
keterbelakangan yang melanda negara-negara baru, menurut Furtado (1972)
meliputi tiga tahapan historis yang terdiri dari[4]:
1. Tahap
keuntungan-keuntungan komparatif. Selama periode seusai
revolusi industry, ketika system divisi tenaga kerja internasional diciptakan dan ekonomi dunia distrukturkan,
negara-negara industry pada umumnya menspesialisasikan diri pada
kegiatan-kegiatan yang ditandai dengan kemajuan teknik yang menyebar.
2. Tahap substitusi
impor. Terbentuknya suatu kelompok social kecil dengan
keistimewaan (privilages) dikalangan bangsa-bangsa yang terbelakang menimbulkan
suatu keharusan untuk mengimpor sejumlah barang-barang tertentu guna memenuhi
pola konsumsi yang telah diadopsi kelompok ini dalam meniru bangsa yang kaya.
3. Tahap
berkembangnya perusahaan multi-nasional (PMN).
Timbulnya PMN telah menjadi suatu fenomena terpenting dalam tatanan ekonomi
internasional, karena transaksi internal yang dilakukan oleh PMN telah
mengambil alih operasi pasar yang ada selama ini.
Cardozo
menunjukkan unsur keempat yang menunjang
proses keterbelakangan ini, yaitu semakin mantapnya elit-elit local domestic di
Negara berkembang oleh elit internasional. Suatu analisis kelas menunjukkan
bahwa kemimpinan di banyak Negara berkembang-khususnya di Negara yang paling
terintegrasi ke dalam ekonomi pasar dunia-adalah didukung oleh jalinan hubungan-hubungan
bisnis, social dan politik yang dibina selama bertahun-tahun dan dipimpin oleh
negara-negara maju.
Sterusnya
Baran dan Hobsbauw (1961) menegaskan bahwa untuk menanggulangi masalah keterbelakangan,
harus dipahami lebih dulu mengapa negara-negara tersebut menjadi terbelakang?
Dalam teori tahapan pertumbuhan ekonomi dan model-model pembangunan yang
dipengaurhinya tampak seakan-akan negara-negara yang disebut terbelakang itu
muncul begitu saja entah dari mana.
Dalam
teori semacam itu, negara-negara yang belum berkembang itu digambarkan
seolah-olah tidak punya riwayat sejarah, dan mereka begitu saja dikelompokkan
bersama di bawah satu label: masayarakat
tradisional.
Padahal
sekarang ini, bahkan suatu pengenalan yang sederhana mengenai sejarah
menunjukkan bahwa ketrbelakangan bukan sesuatu yang orisinal atau tradisional,
dan tidak pula bahwa masa lalu atau masa kini dari Negara terbelakang
mengingatkan pada aspek mana pun dari negara-negara yang kini telah maju
(Frank, 1972).
Hubungan
ketrgantungan tersebut bukan semata-mata dibidang ekonimi saja. Para penulis
seperti Freire (1968) dan Rayan (1971) menunjukkan bahwa disebarluaskannya
idoelogi-ideologi, system-sistem keyakinan, konglomerasi nilai-nilai, dan
lain-lain dari negara-negara maju di negara-negara satelit merupakan suatu cara
untuk melegitimasikan struktur-struktur kekuasaan yang ada sekarang, berikut
keadaan ketergantungan tadi.
D.
Kritik
Terhadap Teori Dependensi
Setelah
menghadapi sekian banyak tudingan dari teorisi Dependensi, banyak juga para
analis pembangunan yang berpegangan pada teori awal tadi yang merasa bahwa
hal-hal yang dikemukakan dalam teori Dependensi itu sesuatu yang
dilebih-lebihkan. Adapun yang menuduh :kaum dependista” telah mendistorsikan
sejarah dalam kupasan mereka, terutama yang menyangkut hubunagan antara
negara-negara maju dengan negara-negara terbelakang. Namun, nyatanya teori
Dependensi dan keterbelakangan tersebut memang mendapat pengaruh yang besar di
tengah negara-negara sedang berkembang.
Menurut
Servaes (1986), hal-hal yang dikritik pada teori Dependensi dan keterbelakangan
itu pada pokoknya adalah[5]:
1. Bahwa
pandangan kaum dependensia tentang kontradiksi yang fundamental di dunia antara
Pusat dan Periferi ternyata tidak berhasil memperhitungkan struktur-struktur
kelas yang bersifat internal dan kelas produksi di Periferi yang menghambat
terbentukya tenaga produktif.
2. Bahwa
teori Dependensi cenderung untuk berfokus kepada masalah pusat dan modal
internasional karena kedua ha itu “dipersalahkan” sebagai penyebab kemiskinan
dan keterbelakangan, ketimbang masalah pembentukan kelas-kelas local.
3. Teori
Dependensi telah gagal dalam memperbedakan kapitalis dengan feodalis; atau
bentuk-bentuk pengendalian produser masa prakapitalis lainnya dan apropriasi
surplus.
4. Teori
Dependensi mengabaikan produktifitas tenaga kerja sebagai titik sentral dalam
pembangunan ekonomi nasional, dan meletakkan tenaga penggerak (motor force)
dari pembangunan kapitalis dan masalah keterbelakangan pada transfer surplus
ekonomi Pusat ke Periferi.
5. Teori
Dependendi juga dinilai menggalakan suatu ideology berorientasi ke Dunia Ketiga
yang meruntuhkan potensi solodaritas kelas internasional dengan menyatukan
semuanya sebagai “musuh”, yakni baik elit maupun massa yang berada di
bangsa-bangsa Pusat.
6. Teori
Dependensi dinilai statis karena ia tidak mampu menjelaskan dan memperhitungkan
perubahan-perubahan ekonomi di negara-negara terbelakang menurut waktunya.
BAB III
KESIMPULAN
Teori
Dependensi adalah suatu keadaan dimana keoutusan-keputusan utama yang
mempengaruhi kemajuan ekonomi di Negara berkembang seperti keputusan mengenai
harga komoditi, pola investasi, hubungan moneter, dibuat oleh individu atau
institusi di luar Negara yang bersangkutan.
Secara historis, teori Dependensi
lahir atas ketidakmampuan teori Modernisasi membangkitkan ekonomi negara-negara
terbelakang, terutama negara di bagian Amerika Latin. Secara teoritik, teori
Modernisasi melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara
Dunia Ketiga terjadi karena faktor internal di negara tersebut. Karena faktor
internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai kemajuan dan
tetap berada dalam keterbelakangan.
Setelah
menghadapi sekian banyak tudingan dari teorisi Dependensi, banyak juga para
analis pembangunan yang berpegangan pada teori awal tadi yang merasa bahwa
hal-hal yang dikemukakan dalam teori Dependensi itu sesuatu yang
dilebih-lebihkan. Adapun yang menuduh :kaum dependista” telah mendistorsikan
sejarah dalam kupasan mereka, terutama yang menyangkut hubunagan antara
negara-negara maju dengan negara-negara terbelakang. Namun, nyatanya teori
Dependensi dan keterbelakangan tersebut memang mendapat pengaruh yang besar di
tengah negara-negara sedang berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
Nasution,
Zulkarimen, Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapannya Edisi Revisi, Jakarta:
PT RajaGrafindo Persada, 2007.
Elly
M. Setiadi, dkk, Ilmu Sosial dan Budaya Pasar Edisi Kedua, PT Kencana Prenada
Media Group, 2007.
http://qniek-happy.blogspot.com/2012/05/teori-dependensi.html
[1] http://qniek-happy.blogspot.com/2012/05/teori-dependensi.html
[2]
Zulkarimen Nasution, Komunikasi
Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapannya Edisi Revisi, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2007.hlm. 44.
[3] Elly M. Setiadi, dkk, Ilmu
Sosial dan Budaya Pasar Edisi Kedua, PT Kencana Prenada Media Group, 2007,
hlm. 53.
[4]
Zulkarimen Nasution, Komunikasi
Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapannya Edisi Revisi, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2007.hlm. 45-46.
[5]
Zulkarimen Nasution, Komunikasi
Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapannya Edisi Revisi, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2007.hlm. 49.
2 comments:
makasih ilmunya, ijin bua jadi referensi tugas kuliah ya :)
terimakasih memberi manfaat
Posting Komentar