Hujan
mengguyur bumi tercinta kita di malam yang sunyi ini. Malam dimana para anak
muda pergi menemui kekasih mereka guna melepas rasa rindu yang menggebu-gebu
dalam hati.. Yah...malam minggu malamnya kunjung pacar.
Masih
dengan aktivitas yang biasa aku lakukan setiap harinya, berada di depan laptop
mencari informasi-informasi yang aku butuhkan di internet. Sekali-kali aku pun
menengok akun Facebook ku untuk menyapa semua teman-teman.
Hujan
masih mengguyur bumi ini, hawa dingin pun terasa menembus tulang. Suara tetesan
air hujan terdengar begitu keras ditelinga menghiasi malam yang dingin ini.
Masih dengan aktivitas yang aku lakukan, tiba-tiba aku teringat akan sesuatu
yang sangat penting sesuatu yang aku temukan ketika dalam perjalanan pulang
tadi. Ea...”Hari Ibu”.
Setiap
tanggal 22 Desember, Negara kita Indonesia memperingati hari yang sangat mulia
yaitu Hari Ibu. Hari Ibu adalah hari dimana semua orang yang memiliki Ibu maupun
tidak memberikan hadiah dan ucapan terimakasih kepada Ibu mereka karena telah
melahirkan dan membesarkan mereka. Setidaknya Hari Ibu merupakan hari untuk
membuat semua Ibu di Indonesia bahagia.
Sambil
menikmati hujan yang masih terjatuh, aku teringat akan semua kenangan tentang
Ibuku. Kenangan yang selalu terpaku dalam hati. Kala itu, aku masih duduk di
bangku SD kelas 4 dan Ibuku sedang mengandung adik perempuanku Aisyah. Perut
yang begitu besar selalu dibawanya kemana-mana, mencuci, memasak dan bahkan bekerja.
Namun, Ibuku tidak pernah mengeluh akan semua itu, dia terus tersenyum dan
tersenyum.
Usia
kandungan Ibuku sudah mencapai 9 bulan dan tinggal menghitung hari adikku akan
melihat dunia yang indah ini. Aku selalu berdoa akan keselamatan Ibu dan adikku,
berdoa sepanjang waktu.
Hari
itu pun tiba. Ibuku merintih kesakitan menahan sakit yang melanda dirinya. Air
mata tak henti-hentinya menetes dari kedua mata indahnya, aku yang
menyaksikannya pun tak kuat menahan air mataku. Ibu berteriak kencang sekencangnya,
berusaha sekuat tenaga untuk melahirkan adikku. Antara hidup dan mati, itulah
yang aku lihat dari raut wajah Ibuku yang sedang berusaha melahirkan ananknya.
Bibirku
tak henti-hentinya berkomat-kamit mengucap lafaz doa agar proses kelahiran
berjalan dengan lancar. Namun, melihat raut wajah Ibuku yang kesakitan batinku
langsung tersentak dan teringat akan dosa-dosa yang pernah aku lakukan
kepadanya. Hati ini seakan tertusuk oleh ribuan tombak dari atas langit biru
yang cerah. Ibu maafkan aku.
Ruangan
itu tiba-tiba hening seketika. Rintihan ibuku tidak terdengar lagi. Sang bidan
pun tidak berucap apa-apa. Ketika mataku melirik kearah tangan si bidan
terlihat sesosok tubuh mungil nan putih tak bernafas. Mataku terasa perih dan
panan seakan-akan air mata mau keluar dari kedua mataku. Adik perempuanku tak
bisa melihat dunia yang indah ini, aku tidak bisa mengajak dia bermain, dia
tidak bisa melihat wajah wanita yang melhairkannya, Ibu tidak bisa menggendong
dan menyusuinya, Ibu tidak bisa merawatnya hingga besar. Air mata ini tidak
bisa berhenti menetes.
Ibuku
pingsan kelelahan. Ayahku tidak bergeming sama sekali dari sisi Ibuku.
Kesetiaannya sangat aku banggakan. Pengorbanan yang Ibuku lakukan takkan pernah
terbalaskan oleh apapun dan sampai kapanpun. Ibu adalah wanita terindah di
dunia, Ibu adalah pelita hidup bagi anaknya, Ibu adalah sang belahan jiwa dan
Ibu adalah segala-galanya di Dunia ini. Tak ada hadiah yang akan bisa
menggantikan semua yang telah dilakukannya, Ibu adalah sinar matahari yang
selalu bersinar sepanjang masa.
Hujan
pun masih membasahi bumi ini, basah dan basah. Cerita ini ku tulis untuk
mengungkapkan rasa terimakasih dan maafku kepada Ibu tercinta yang telah
memperjuangkan hidupnya demi diriku, demi membuatku bisa melihat dunia yang indah
ini. Selamat Hari Ibu, Ibu. I LOVE YOU.
0 comments:
Posting Komentar