Tafsir
adalah salah satu mata pelajaran dari beberpa mata pelajaran yang saya pelajari
di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Sebelum masuk untuk perkuliahan
tafsir, saya berharap bahwa perkuliahan tafsir yang akan saya dan teman-teman
pelajari hari itu menyenangkan, dalam artian bahwa tidak ada penjelasan dari
dosen yang sulit kami pahami dan kami elajari. Saya juga berharap bahwa psoses
diskusi yang akan terjadi berjalan lancar dan pemateri akan memberikan materi yang
bagus dan metode penjelasanpun bisa kita pahami dan tidak ada miss komunikasi
yang terjadi.
Pada saat saya berada di depan pintu
ruangan yang mana akan saya dan teman-teman pakai untuk menjalani perkuliahan
tafsir, saya selalu berdo’a bahwa Allah akan senantiasa memberikan kenyamanan,
ketenangan dan segala sesuatu yang bagus selama perkuliahan tafsir berlangsung.
Dan saya pun selalu berharap sebelum masuk ke ruangan bahwa pak dosen akan
mengucapkan salam sambil tersenyum.
Selama perkuliahan tafsir, realitas
yang saya temukan baik pada saat belajar dan selama perkuliahan itu mungkin tidak
terlalu banyak, dan salah satu contohnya adalah ketika saya dan teman-teman
melakukan presentasi pelajaran tafsir mengenai “Selektif dalam Menerima
Informasi” dan pada pembahasan membahas tentang jangan cepat percaya pada suatu
informasi atau pesan yang kita dapat atau kita dengar pada saat itu karena bisa
saja hal itu merupakan sesuatu yang tidak benar dan kita sebagai manusia yang
berfikir harus mencari tahu kebenaran dari informasi atau pesan yang kita dapat
tersebut. Pada saat selesai presentasi, tiba-tiba saya mendapat sms yang
bertuliskan “tolong belikan ibu pulsa karena sekarang ibu sedang berada di
kantor polisi….. sepuluh ribu segera…..” dan saya pun langsung mengirim sms ke
kakak saya dirumah dan hal itu 100% tidak benar, dari situlah saya mengambil
hikmah bahwa ketika kita mendapat informasi atau pesan, kita tidak boleh
langsung percaya akan hal itu dan kita harus mencari kebenaran dari pesan atau
informasi yang kita dapatkan.
Sesuai dengan apa yang telah
disampaikan oleh pak dosen (Muhammad Sa’i, MA) mengenai tipe-tipe berfikir
seseorang, diantaranya adalah:
1. Skeptis
(tidak mudah percaya)
2. Kritis
(melihat fenomena)
3. Analitis
(berfikir dari segala aspek)
4. Sintesis
(berfikir yang memberikan jalan keluar)
5. Filosofis
(sampai keakar-akarnya atau tuntas tidak setengah-tengah, sempurna/ paripurna)
Inilah
beberapa tipe-tipe berfikir seseorang yang memang memiliki intelegensi yang
kuat dan orang yang intelektual. Dan kita sebagai seorang mahasiswa sudah
semestinya menjadikan hal ini sebagai pegangan dalam berfikir untuk mengambil
suatu keputusan, dan inilah yang coba saat ini saya terapkan dalam kehidupan
sehari-hari, baik di rumah, di kampus maupun ditempat lain yang terdapat suatu
pesan atau informasi.
Opini
saya mengenai mata kuliah ini setelah perkuliahan adalah memberikan saya
pelajaran yang sangat berharga dan penting, karena kita bisa mengetahui apa-apa
saja yang harus kita lakukan sebagai manusia sesuai dengan ayat-ayat al-qur’an
yang diturunkan oleh Allah swt. ke dunia. Perkuliahan ini juga membantu saya
untuk bagaimana caranya mentafsirkan sebuah ayat al-qur’an yang sesuai dengan
koridornya dan saya pun bisa menemukan mufradat-mufradat yang bagus dan kurang
saya pahami lalu saya pelajari. Begitu juga dengan pandangan-pandanagan para
ulama yang berbeda-beda mengenai tafsiran suatu ayat al-qur’an.
Menurut
saya, metode pembelajaran dalam perkuliahan tafsir ini bagus namun ada pula
yang sedikit kurang bagus, misalnya seperti pak dosen yang ketika menjelaskan
materi suaranya kurang besar sehingga teman-teman yang duduk dibelakang kurang
jelas mendengar apa yang sedang isampaikan oleh pak dosen, serta pak dosen
sering tidak hadir atau pun terlambat datang. Saya berharap jikalau nanti
terdapat perkuliahan tafsir lagi hal-hal yang menurut saya kurang bagus tadi
bisa diperbaiki sehingga materi yang dipelajari bisa dipahami oleh mahasiswa
sepenuhnya. Sebelumnya saya minta maaf kepada pak dosen jikalau ada kata-kata
yang kurang berkenan dihati namun inilah isi hati yang saya miliki.
Dari
semua tema pembahasan yang telah dipelajari, saya lebih tertarik kepada tema
yang membahas tentang “Selektif Dalam Menerima Informasi” karena disini saya
mendapat pelajaran yang sangat berharga dalam hidup. Ayat dari tema ini yang
menurut saya sangat bagus ada tiga, yaitu ayat dalam surat An-Nisa’, surat
Al-Hujurat dan surat An-nur. Berikut ayatnya serta penafsirannya:
1. Qs.
An-Nisa’ (4) : 94:
$pkr'¯»t úïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) óOçFö/uÑ Îû È@Î6y «!$# (#qãZ¨u;tFsù wur (#qä9qà)s? ô`yJÏ9 #s+ø9r& ãNà6øs9Î) zN»n=¡¡9$# |Mó¡s9 $YZÏB÷sãB cqäótGö;s? ßttã Ío4quysø9$# $u÷R9$# yZÏèsù «!$# ÞOÏR$tótB ×otÏV2 4 Ï9ºxx. NçGYà2 `ÏiB ã@ö6s% ÆyJsù ª!$# öNà6øn=tã (#þqãZ¨t7tFsù 4 cÎ) ©!$# c%x. $yJÎ/ cqè=yJ÷ès? #ZÎ6yz ÇÒÍÈ
Artinya:“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu pergi (berperang) di jalan
Allah, Maka telitilah dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang
mengucapkan "salam" kepadamu: "Kamu bukan seorang mukmin"
(lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda kehidupan di dunia,
karena di sisi Allah ada harta yang banyak. begitu jugalah Keadaan kamu dahulu,
lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, Maka telitilah. Sesungguhnya
Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Penafsiran:
Setelah
menegaskan larangan membunuh seorang mukmin dengan sengaja dan mengancam
pelakunya dengan sanksi ukhrawi yang sangat pedih, maka sangat wajar jika ayat
yang dating sesudahnya mengingatkan kaum muslimin untuk sangat berhati-hati,
agar tidak terjerumus dalam pembunuhan. Untuk maksud tersebut diangkatnya satu
dari sekian banyak kemungkinan dimana pembunuhan terlarang ini dapat terjadi,
yaitu ketika bertemu dalam perjalanan dan atau peperangan dengan seorang yang
tidak dikenal. Peringatan ini perlu karena dari satu sisi ada perintah-Nya yang
sangat tegas untuk berperang dan dari sisi lain ada juga peringatan-Nya yang
sangat keras agar tidak mengakibatkan tercabutnya nyawa seseorang yang tidak
bersalah, baik disengaja maupun tidak.
Atas
dasar itulah, maka ayat ini mengajak: (wahai
orang-orang beriman) berhati-hatilah dalam mengambil keputusan mencabut
nyawa seseorang, karena itu (apabila kamu
pergi) melakukan perjalanan dipentas bumi untuk berperang dan atau untuk
apa pun (di jalan Allah, maka telitilah) dan
ketahuilah secara pasti siapa yang engkau hadapi, jangan bertindak jika kamu
ragu (dan janganlah kamu mengatakan) apalagi
memperlakukan (kepada orang) siapa
pun juga (yang mengucapkan “salam”) dan
atau menyerahkan diri (kepada kamu:
“Engkau bukan seorang mukmin”) lalu kamu membunuhnya (dengan maksud mencari) dengan penuh kesungguhan (harta benda kehidupan di duniawi) yang
segera akan lenyap. Jangan lakukan itu (karena
di sisi Allah ada harta yang banyak) sehingga kamu tidak perlu mengharapkan
dari selain-Nya.
(Begitu jugalah keadaan kamu dahulu), menyembunyikan
keimanan kamu atau kamu juga dulu tidak beriman, atau kamu juga dahulu
ditoleransi walau hanya mengucapkan kalimat syahadat dan atau salam (lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas
kamu), antara lain berupa keberanian menampakkan keimanan, atau kemantapan
iman dalam hati kamu. (Maka) jika
demikian itu halnya, berhati-hatilah dalam bertindak dan (telitilah) dengan sungguh-sungguh siapa yang kamu hadapi, (sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang
kamu kerjakan), baik niat kamu maupun kegiatan lahiriah kamu.
2. Qs.
Al-Hujurat (49) : 6
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) óOä.uä!%y` 7,Å$sù :*t6t^Î/ (#þqãY¨t6tGsù br& (#qç7ÅÁè? $JBöqs% 7's#»ygpg¿2 (#qßsÎ6óÁçGsù 4n?tã $tB óOçFù=yèsù tûüÏBÏ»tR ÇÏÈ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa
suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu”.
Penafsiran:
Ayat
ini menurut banyak ulama turun menyangkut kasus al-Walid ibn ‘Uqbah ibn Abi
Mu’ith yang ditugaskan Nabi saw. menuju ke Bani al-Musthalaq untuk memungut
zakat. Ketika anggota masyarakat yang dituju itu mendengar tentang kedatangan
utusan Nabi tersebut, mereka keluar dari perkampungan mereka untuk menyambutnya
sambil membawa sedekah mereka, tetapi al-Walid menduga bahwa mereka akan
menyerangnya. Karena itu ia kembali sambil melaporkan kepada Rasul saw. bahwa
Bani al-Musthalaq enggan membayar zakat dan bermaksud menyerang Nabi saw.
(dalam riwayat lain mengatakan bahwa mereka telah murtad). Rasul saw. marah dan
mengutus Khalid ibn Walid menyelidiki keadaan sebenarnya sambil berpesan agar
tidak menyerang mereka sebelum duduk persoalan menjadi jelas. Khalid mengutus
seorang informannya untuk menyelidiki perkampungan Bani al-Musthalaq yang
ternyata masyarakat desa itu mengumandangkan adzan dan melaksanakan shalat
berjama’ah. Khalid kemudian mengunjungi mereka lalu menerima zakat yang telah
mereka kumpulkan.
Ada
riwayat lain yang mengatakan sebab ayat ini turun, namun yang jelas bahwa ia
berpesan : (Hai orang-orang yang beriman,
jika dating kepada kamu seorang fasik membawa berita) yang penting, (maka bersungguh-sungguhlah mencari
kejelasan) yakni telitilah kebenaran informasinya dengan menggunakan
berbagai cara (agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa pengetahuan) tentang keadaan yang
sebenarnya dan (yang) pada gilirannya
dan dengan segera (menyebabkan kamu atas
perbuatan kamu) itu beberapa saat saja setelah terungkap hal yang
sebenarnya (menjadi orang yang menyesal) atas
tindakan kamu yang keliru.
Ayat
di atas menggunakan kata in/ jika, yang biasa digunakan untuk sesuatu yang diragukan
atau jarang terjadi. Hal ini mengisyaratkan bahwa kedatangan seorang fasik
kepada orang-orang beriman diragukan atau
jarang terjadi. Hal itu disebabkan karena orang-orang fasik mengetahui
bahwa kaum beriman tidak mudah dibohongi dan bahwa mereka meneliti kebenaran
setiap informasi, sehingga sang fasik dipermalukan dengan kebohongannya.
3. Qs.
An-Nur (24) : 19
cÎ) tûïÏ%©!$# tbq7Ïtä br& yìϱn@ èpt±Ås»xÿø9$# Îû úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNçlm; ë>#xtã ×LìÏ9r& Îû $u÷R9$# ÍotÅzFy$#ur 4 ª!$#ur ÞOn=÷èt óOçFRr&ur w tbqßJn=÷ès? ÇÊÒÈ
Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar
(berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang
beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah
mengetahui, sedang kamu tidak
mengetahui”.
Penafsiran:
Ayat
ini masih melanjutkan kecaman sekaligus pengajaran Allah disertai dengan
ancaman-Nya dengan mengatakan: (Sesungguhnya
orang-oramg yang senang tersebarnya) dalam bentuk ucapan, berita atau
perbuatan (kekejian dikalangan
orang-orang yang beriman) yakni masyarakat umum (bagi mereka) yang senang itu (azab
yang pedih di dunia) dengan mencambuknya atau apapun yang dianggap tepat (dan) bagi mereka juga siksaan yang lebih
pedih (di akhirat) nanti jika mereka
tidak bertaubat. Allah menetapkan hukuman yang tepat (dan Allah) sendiri yang
senantiasa (Mengetahui) kondisi serta
motivasi dan perbuatan setiap orang dan mengetahui pula siapa yang wajar
menerima siksa di dunia atau di akhirat, (sedang
kamu tidak mengetahui) secara pasti dan dalam banyak hal, karena itu
serahkanlah kepada Allah soal batin manusia.
0 comments:
Posting Komentar