Sore
hari merupakan waktu yang sangat nyaman untuk menikmati secangkir kopi hangat
dengan tambahan susu kental manis serta ditemani dengan beberapa potong roti.
Apalagi adanya nyanyian dari kicauan burung yang merdu akan menambah indahnya
suasana.
“
Tok…tok…tok…,” suara pintu yang tiba-tiba membuat hayalanku memudar.
“Iya,
tunggu sebentar,” sautku dari kejahuan sambil berjalan menuju pintu untuk
membukanya.
Aku
pun terkejut setelah membuka pintu dan ternyata:
“
Heri…..,” teriakku kegirangan ditambah rasa kagetku.
“Apa
kabar geng!!! Long time no see,” tambahku dengan senyuman yang lebar.
Heri
adalah teman satu kamar sewaktu masih mondok dulu. Sudah cukup lama kami tidak
pernah sbertemu.
“Aku
baik saja Fan,” jawabnya sambil tersenyum juga.
“Kamu
sendiri gimana,” tambahnya.
“Aku
baik-baik saja kok, ayo masuk,” jawabku sambil mempesilahkan dia untuk masuk.
Aku
pun mengajaknya keteras belakang dimana tempatku tadi menghayalkan indahnya
minum secangkir kopi dengan beberapa potongan roti segar.
“Waaaaah……semakin
ganteng aja temanku yang satu ini,” ujarku padanya.
“Aaaaaaah……bisa
aja kamu, aku masih sama kok dengan yang dulu nggak pernah berubah,” jawabnya
sambil tersenyum malu.
“Oh
ya… omong-omong sekarang lagi sibuk apa niiih,” tanyaku dengan semangat.
“Sibuk
kuliah aja mas bro,” jawabnya dengan simple.
“Kamu
sendiri jak gimana,” tanyanya padaku.
“Sama,
aku juga lagi sibuk kuliah aja,” jawabku.
Suasana
yang begitu nyaman sangat jelas terasa pada saat itu, hayalanku yang tadi pun
kembali menghampiri minum kopi dengan ditemani beberapa potong roti segar.
“Mau
minum apa nih,” tanyaku dengan tiba-tiba.
“Mmmmm…apa
ea,” jawabnya bingung.
“Bagaimana
dengan secangkir kopi ditambah susu kental manis serta beberapa potong roti
segar?,” saranku yang menjadi hayalanku dari tadi padanya.
“Ide
bagus tuuh dan kelihatannya asyik banget tuuh, ok dah,” jawabnya dengan
mengancungkan jempol tangannya yang berarti setuju.
“OK…tunggu
sebentar ea, nikmati saja suasananya ok!,” kataku sambil berjalan menuju dapur.
Terdengar
jelas sekali kicauan burung yang begitu merdu menari-nari ditelinga ditambah
lagi hembusan angin sepoi-sepoi yang memberikan ketenangan dalam hati. Maklum
halaman belakang rumahku berdekatan dengan dapur, jadi suasana seperti itu akan
terasa setiap harinya.
“Dua
cangkir kopi ditambah susu kental manis dan tiga potong roti segar sudah
datang,” kataku dengan suara yang sedikit keras menuju teras belakang.
“Silahkan
diminum Ri kopinya mumpung masih hangat,” ujarku padanya sambil menyuguhkan
kopi serta rotinya.
“Makasih
ea…,” jawabnya.
“Suasana
yang sangat tepat untuk minum secangkir kopi ea Fan,” katanya sambil menikmati
secangkir kopi yang perlahan-lahan memasuki tenggorokannya.
“Ea…benar
banget Ri, ini suasana yang sangat tepat sekali,” balasku.
Rumput-rumput
yang melambai-lambai seperti ikut memeriahkan suasana yang begitu nyaman, harum
bunga mawar pun menambah keindahan suasana serta kicauan burung seakan tak mau
kalah dalam memberikan yang terbaik untuk mengindahkan suasana sore itu.
“Ri,
kamu tahu nggak kalau sebelum kamu datang tadi aku sedang berkhayal tentang
nikmatnya minum secangkir kopi dengan tambahan susu kental manis serta ditemani
dengan beberapa potong roti segar,” curhatku padanya.
“O
ea…,” jawabnya dengan sedikit terkejut.
“Ea….sepertinya
apa yang aku khayalkan tadi sudah jadi kenyataan deh, sekarang aku sedang duduk
dengan temanku sambil minum kopi dengan tambahan susu kental manis dan beberapa
potong roti segar dan rasanya tuuh seneng banget Ri,” kataku dengan mimic yang
meyakinkan.
“Bener
Fan, rasanya seneng banget minum kopi dengan teman lama yang sudah cukup lama
tidak bertemu, susah untuk diungkapkan dengan kata-kata pokoknya,” tambahnya
dengan mimik yang begitu bahagia.
Hari
pun semakin sore, burung-burung sudah kembali ke sarangnya, senja pun akan
kembali keperaduannya begitu pula dengan bunga-bunga yang sudah mulai
mengantuk. Namun, angin masih setia menemani karena dia harus memberikan rasa
nyaman untuk semua isi alam semesta ini setiap waktu. Bekerja setiap hari tanpa
henti, bagaimana rasanya? Tentu saja capek, namun angn tak pernah mengeluh
sedikit pun karena itulah tugas yang telah diberikan Tuhan kepadanya.
“Fan,
sudah mau malem nih aku pamit ea,” suaranya dengan tiba-tiba memecahkan
suasana.
“Oooh…ea
udah mau magrib nih, nggak nyangka ea waktu berjalan begitu cepat,” jawabku.
“Ea
udah lok gitu aku pamit dulu ea dan thanks ea atas kopinya enak banget ama
rotinya juga,” katanya memuji rasa kopiku yang enak.
“Aaaah….biasa
kok, thanks juga ea sudah mau menemaiku minum kopi,” balasku sambil
mengantarnya ke pindu depan.
“Kapan-kapan
datang lagi ea, kita minum kopi bareng lagi,” tambahku sambil membukakan pintu.
“Pasti,
aku pergi ea assalamu’alaikum,” ucapnya seraya meninggalkan rumahku.
“Wa’alaikumussalam…
hati-hati Ri and see you….,” balasku dengan rasa senang.
Adzan
maghrib telah berkumandang mengisyaratkan untuk mendirikan shalat maghrib.
Angin pun masih berhembus dengan tenang memebrikan rasa dingin yang menyentuh
seakan ikut mengucapkan kata perpisahan padaku. Secangkir kopi, manisnya susu
dan potongan roti merupakan symbol kebahagiaanku hari ini.
Harapanku
semoga minum secangkir kopi dengan tambahan susu kental manis serta beberapa
potong roti segar bisa aku lakukan setiap hari, baik dengan seorang teman atau
hanya sendirian. Namun, alangkah lebih menyenangkan lagi jika ditemani oleh
seorang sahabat yang sama-sama gemar meminum kopi. sLangkah kakiku
perlahan-lahan menuju tempat peraduanku dengan Tuhan dimana segala keluhanku,
kebahagiaanku maupun kesedihanku tertuang di sana.
0 comments:
Posting Komentar